Illness name: benjolan payudara

Description:

Benjolan payudara adalah jaringan lain yang tumbuh di dalam payudara. Tekstur benjolan tersebut tergantung pada jenisnya, bisa teraba padat atau berisi cairan.

Sebagian besar benjolan payudara bersifat jinak (nonkanker). Akan tetapi, benjolan pada payudara juga bisa menjadi tanda kanker payudara . Oleh karena itu, penting untuk segera memeriksakan diri bila Anda menyadari ada benjolan yang tumbuh di payudara.

Selain pada wanita, benjolan payudara juga bisa ditemukan pada pria. Kondisi ini perlu dibedakan dengan ginekomastia , yaitu pembesaran payudara pada pria yang umumnya terkait dengan ketidakseimbangan hormon, berat badan berlebih, atau efek samping obat.

Penyebab Benjolan Payudara

Penyebab benjolan payudara sangat beragam, tergantung pada jenis benjolan itu sendiri. Berikut adalah penjelasan mengenai jenis benjolan payudara dan masing-masing penyebabnya:

1. Kista

Kista adalah benjolan berisi cairan yang terbentuk akibat penumpukan cairan di dalam kelenjar payudara. Wanita dapat memiliki satu kista atau lebih pada satu atau kedua payudara.

Belum diketahui mengapa kista payudara terbentuk, tetapi kondisi ini diduga terkait dengan perubahan hormon wanita pada siklus menstruasi.

2. Fibroadenoma

Fibroadenoma adalah tumor jinak pada payudara yang paling sering dialami wanita usia 20–30 tahun. Fibroadenoma terbentuk dari jaringan payudara dan jaringan ikat, serta dapat terjadi pada satu atau kedua payudara.

Fibroadenoma terbagi menjadi fibroadenoma simpleks yang tidak bersifat kanker, dan fibroadenoma kompleks yang dapat meningkatkan risiko kanker payudara.

Sampai saat ini, belum diketahui apa yang menyebabkan fibroadenoma. Akan tetapi, kondisi ini diduga terkait dengan hormon estrogen, atau penggunaan pil KB.

3. Fibrokistik payudara

Fibrokistik payudara adalah pertumbuhan jaringan fibrosa dan kista di dalam kelenjar payudara. Dibandingkan dengan kista payudara, benjolan fibrokistik payudara lebih banyak mengandung jaringan fibrosa, yaitu jaringan ikat yang berbentuk seperti serat.

Kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja, tetapi biasanya dialami oleh wanita pada masa subur, yaitu dalam rentang usia 30–50 tahun.

Penyebab fibrokistik payudara belum diketahui secara pasti, tetapi diduga terkait dengan perubahan hormon estrogen pada siklus menstruasi.

4. Papiloma intraduktal

Papiloma intraduktal adalah tumor jinak yang terbentuk di dalam duktus, yaitu saluran yang membawa ASI dari kelenjar susu (lobulus) ke puting payudara. Tumor ini terbentuk dari jaringan fibrosa, kelenjar, dan pembuluh darah.

Papiloma intraduktal bisa berupa tumor tunggal ( solitary intraductal papilloma ) yang tidak bersifat kanker, atau terdiri dari banyak tumor ( multiple papilloma ) yang berisiko menjadi kanker. Kondisi ini diketahui paling sering terjadi pada wanita usia 35–55 tahun.

Sampai saat ini, belum diketahui apa yang menyebabkan papiloma intraduktal. Namun, ada dugaan kondisi ini terkait dengan penggunaan kontrasepsi, terapi penggantian hormon , dan riwayat keluarga.

5. Mastitis

Mastitis adalah peradangan pada jaringan payudara yang kadang disertai infeksi. Kondisi tersebut dapat menyebabkan terbentuknya abses (kumpulan nanah) pada jaringan payudara.

Umumnya, penderita mastitis adalah ibu menyusui, tetapi mastitis juga dapat terjadi pada wanita secara umum, bahkan bisa juga dialami oleh pria.

Penyebab utama mastitis adalah penyumbatan pada duktus. ASI yang tersumbat dapat mengendap di dalam payudara, kemudian menyebabkan peradangan yang berujung infeksi.

Mastitis juga dapat disebabkan oleh bakteri yang masuk ke dalam payudara. Bakteri bisa berasal dari permukaan kulit penderita atau mulut bayi, lalu masuk melalui luka di kulit puting atau melalui lubang puting. Bakteri yang masuk kemudian berkembang dan menginfeksi jaringan payudara.

6. Lipoma

Lipoma adalah benjolan lemak yang tumbuh secara perlahan di bawah kulit. Benjolan ini dapat tumbuh di bagian tubuh mana pun, seperti leher, bahu, punggung, perut, atau payudara. Lipoma termasuk tumor jinak dan tidak berbahaya, tetapi bisa mengganggu bila ukurannya cukup besar.

Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan lipoma. Namun, kondisi ini cenderung terjadi pada seseorang dari keluarga yang memiliki riwayat lipoma.

Meski dapat dialami oleh siapa saja, lipoma lebih sering terjadi pada orang usia 40–60 tahun.

7. Nekrosis lemak

Nekrosis lemak terjadi ketika kelenjar lemak di payudara mengalami kerusakan. Meski umumnya disebabkan oleh cedera, kondisi ini juga bisa terjadi akibat efek samping radioterapi atau prosedur bedah pada payudara, seperti:

  • Lumpektomi
  • Mastektomi
  • Rekonstruksi payudara
  • Pengecilan payudara
  • Biopsi payudara

8. Kanker payudara

Kanker payudara adalah kanker yang terbentuk di jaringan payudara. Walaupun lebih sering terjadi pada wanita, kanker payudara juga dapat dialami oleh pria.

Jenis kanker payudara tergantung pada jenis sel payudara yang terserang, antara lain karsinoma duktal in situ , karsinoma lobular in situ , inflammatory breast cancer , dan angiosarkoma.

Penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko kejadian kanker payudara, yaitu:

  • Mutasi gen BRCA yang diturunkan dalam keluarga
  • Faktor hormonal
  • Pola hidup tidak sehat, seperti merokok
  • Paparan zat kimia
  • Polusi lingkungan

Gejala Benjolan Payudara

Benjolan payudara dapat bervariasi dalam ukuran dan teksturnya, tergantung pada jenis benjolannya. Beberapa karakteristik benjolan yang dapat muncul antara lain:

  • Benjolan bisa muncul tunggal atau banyak pada satu atau kedua payudara
  • Ukuran benjolan bisa kurang atau lebih dari 5 cm, tetapi dapat membesar
  • Benjolan bisa teraba lunak, kenyal, padat, atau seperti kantung berisi cairan
  • Bentuk benjolan bisa bulat atau lonjong, serta dapat atau tidak dapat digerakkan
  • Benjolan membesar sebelum menstruasi dan kembali ke ukuran semula setelah menstruasi selesai

Di samping itu, gejala lain yang juga bisa muncul adalah:

  • Perubahan ukuran dan bentuk pada kedua payudara
  • Puting mengeluarkan cairan yang bening, keruh, atau bahkan berupa darah
  • Payudara membengkak (teraba keras dan hangat bila disentuh)
  • Puting terasa gatal atau sensitif
  • Demam dengan suhu ≥38.3°C
  • Tubuh terasa lelah

Kapan harus ke dokter

Semua jenis benjolan pada payudara sebaiknya diperiksakan ke dokter , terutama bila benjolan memiliki karakteristik berikut:

  • Benjolan tidak hilang setelah mestruasi, atau lebih dari 4–6 minggu
  • Muncul benjolan baru
  • Benjolan membesar
  • Ukuran payudara terlihat tidak simetris
  • Benjolan teraba padat dan tidak bergeser bila digerakkan
  • Puting mengeluarkan darah
  • Kulit payudara memerah, mengeras, atau mengkerut seperti kulit jeruk
  • Payudara memar tanpa sebab yang jelas
  • Puting masuk ke dalam atau posisinya tidak normal
  • Muncul benjolan di ketiak

Diagnosis Benjolan Payudara

Dokter akan bertanya terkait gejala yang dialami, kapan benjolan mulai muncul, serta riwayat kesehatan pada pasien dan keluarganya. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan meraba payudara pasien.

Pemeriksaan fisik dapat membantu dokter memastikan lokasi, kepadatan, dan pergerakan benjolan. Selanjutnya, dokter akan menyarankan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis, di antaranya:

1. Mammografi

Mammografi adalah foto Rontgen pada payudara. Pada pemeriksaan ini, payudara pasien akan diletakkan pada alat yang memancarkan sinar-X, agar gambar jaringan payudara dapat terlihat lebih jelas.

Melalui mammografi, dokter dapat melihat bila ada kelainan di payudara, seperti tumor, penumpukan kalsium, atau jaringan yang padat di payudara.

2. Ultrasonografi payudara

Ultrasonografi (USG) adalah pemeriksaan yang menggunakan gelombang suara, untuk menghasilkan gambar. USG payudara sangat berguna dalam memeriksa benjolan payudara, terutama dalam membedakan benjolan yang padat dan berisi cairan.

3. Magnetic resonance imaging (MRI)

MRI menggunakan medan magnet dan gelombang suara untuk menampilkan gambar bagian dalam tubuh. MRI digunakan untuk memeriksa lebih teliti benjolan yang tidak terlihat jelas pada mammografi atau USG.

4. Duktografi

Duktografi atau galaktografi adalah pengambilan gambar kelenjar payudara dengan mesin foto Rontgen. Pemeriksaan ini akan membantu dokter mengetahui penyebab keluarnya cairan dari puting, baik yang berupa darah maupun cairan bening.

Duktografi didahului dengan penyuntikan cairan kontras melalui puting.

5. Biopsi

Biopsi adalah prosedur pengambilan sampel benjolan atau seluruh benjolan, untuk diperiksa di laboratorium. Beberapa metode biopsi payudara adalah:

  • Aspirasi jarum halus ( fine-needle aspiration biopsy )
  • Biopsi jarum inti ( core needle biopsy )
  • Biopsi stereotaktik ( stereotactic biopsy )
  • Biopsi dengan bantuan vakum ( vacum-asssisted biopsy )
  • Biopsi bedah ( surgical biopsy )

Pengobatan Benjolan Payudara

Pada banyak kasus, benjolan payudara yang jinak tidak memerlukan penanganan, karena tidak berbahaya. Bahkan pada beberapa kasus, benjolan dapat menghilang dengan sendirinya.

Tindakan medis akan dilakukan bila benjolan berukuran besar, makin membesar, terasa nyeri, disertai luka, terjadi perubahan bentuk pada puting, atau keluar cairan dari puting.

Prosedur untuk menangani benjolan payudara tergantung pada jenis benjolannya, antara lain:

1. Lumpektomi

Lumpektomi dimulai dengan memberi bius lokal pada pasien. Setelah bius bekerja, dokter akan membuat irisan di sekitar area tumor, kemudian mengangkat tumor dan sedikit jaringan di sekitarnya. Prosedur ini biasanya dilakukan pada wanita dengan satu benjolan yang diameternya kurang dari 5 sentimeter.

2. Krioterapi

Krioterapi bertujuan untuk menghancurkan sel abnormal dengan cara dibekukan. Pada prosedur ini, dokter akan menyuntikkan nitrogen cair langsung ke area tumor dengan menggunakan jarum khusus.

3. Aspirasi jarum halus

Aspirasi jarum halus adalah prosedur pengeluaran cairan dari benjolan payudara dengan menggunakan jarum khusus. Prosedur ini dilakukan dengan bantuan USG, agar jarum ditempatkan dengan tepat di benjolan.

4. Mastektomi

Mastektomi adalah prosedur bedah untuk mengangkat seluruh jaringan payudara. Prosedur ini bisa dilakukan pada satu atau kedua payudara. Mastektomi dilakukan pada pasien kanker payudara.

Selain sejumlah prosedur di atas, dokter juga dapat memberikan pil KB untuk mengatur siklus menstruasi dan menurunkan kadar hormon estrogen pada pasien.

Pada pasien mastitis, dokter dapat meresepkan antibiotik dan obat pereda nyeri, seperti paracetamol atau ibuprofen. Ibu menyusui yang mengalami mastitis tidak perlu berhenti menyusui, karena kondisi ini tidak berbahaya bagi bayi dan menyusui justru dapat membantu penyembuhan.

Bila benjolan merupakan kanker payudara, selain mastektomi, dokter juga akan menjalankan radioterapi, kemoterapi , atau terapi hormon. Pada beberapa kasus, dokter dapat mengombinasikan metode tersebut, tergantung pada ukuran dan stadium kanker, serta usia dan kondisi kesehatan pasien.

Komplikasi Benjolan Payudara

Benjolan payudara umumnya bersifat jinak dan tidak berbahaya. Namun, pada beberapa jenis benjolan payudara, penanganan yang terlambat dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada payudara atau kanker payudara.

Ketika benjolan payudara telah terdiagnosis, penting untuk mengikuti saran dan pengobatan dari dokter. Hal ini akan menurunkan risiko komplikasi, seperti:

  • Kanker payudara yang menyebar ke organ tubuh lain atau metastasis
  • Perubahan bentuk payudara akibat kerusakan jaringan
  • Penyebaran infeksi payudara akibat abses

Pencegahan Benjolan Payudara

Kebanyakan benjolan payudara sulit dicegah, karena terjadi akibat perubahan hormon yang tidak dapat dikontrol. Namun, penting bagi wanita untuk memahami payudaranya sehingga lebih mudah menyadari apabila ada perubahan pada organ tubuhnya tersebut.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengenali payudara sendiri adalah SADARI (periksa payudara sendiri). Dengan melakukan SADARI, pasien bisa mendeteksi adanya benjolan sejak dini.

SADARI dilakukan setiap 1 bulan sekali, pada hari ke-7 sampai ke-10, terhitung dari hari pertama menstruasi, atau setiap bulan pada tanggal yang sama bagi yang telah menopause.

Berikut ini langkah-langkah cara melakukan SADARI:

  • Berdiri di depan cermin tanpa berpakaian dengan kedua tangan terangkat di atas kepala. Amati bila ada perubahan pada bentuk, ukuran, warna kulit, dan permukaan kulit payudara. Perlu diketahui, bentuk payudara kanan dan kiri umumnya tidak simetris sehingga tidak perlu dikhawatirkan.
  • Rapatkan telapak tangan dengan kuat sehingga payudara menonjol ke depan. Amati apakah ada benjolan, kulit mengerut seperti jeruk atau cekungan, seperti lesung pipi dan puting susu yang tertarik ke dalam.
  • Pijat secara perlahan area di sekitar puting sampai ke arah ujung puting, lalu amati apakah keluar cairan yang tidak normal, seperti putih kekuningan yang terkadang bercampur darah seperti nanah. Pada ibu menyusui, cairan ini berbeda dengan ASI.
  • Lakukan pemeriksaan pada payudara kanan dalam posisi berbaring, dengan meletakkan bantal di belakang punggung dan tangan kanan di bawah kepala. Setelah itu, raba payudara menggunakan tiga jari (telunjuk, tengah, manis) tangan kiri yang dirapatkan.
  • Tekan lembut payudara dengan tiga jari tersebut. Lakukan gerakan memutar mulai dari sisi luar payudara hingga ke dalam dan menyentuh puting, dengan putaran searah jarum jam. Fokus dan rasakan dengan baik agar diketahui bila ada penebalan atau benjolan.
  • Lakukan hal yang sama pada payudara kiri menggunakan tangan kanan, dengan tangan kiri diletakkan di bawah kepala.
  • Berilah perhatian khusus pada area payudara di dekat ketiak. Hal ini karena tumor payudara paling sering ditemukan di area tersebut.

Selain SADARI , langkah pencegahan lain adalah SADANIS (pemeriksaan payudara klinis). SADANIS dilakukan oleh tenaga medis terlatih. Pemeriksaan ini disarankan untuk dilakukan secara berkala, agar benjolan atau tanda abnormal lain di payudara dapat ditemukan sedini mungkin.

Kementerian Kesehatan RI mengimbau pemeriksaan SADARI dan SADANIS dilakukan secara berkala. Tujuannya adalah untuk mendeteksi kanker payudara sejak dini. Hal ini dapat meningkatkan angka harapan hidup pada penderitanya.

Selain SADARI dan SADANIS, Anda juga disarankan untuk melakukan beberapa upaya sederhana di bawah, untuk menurunkan risiko terkena benjolan payudara, terutama kanker payudara:

  • Tidak merokok
  • Berolahraga secara rutin
  • Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang
  • Beristirahat yang cukup
  • Mengelola stres dengan baik