Illness name: skizofrenia katatonik

Description:

Skizofrenia katatonik adalah salah satu jenis skizofrenia dengan gejala utama yang khas, yaitu katatonia. Katatonia merupakan sekumpulan gejala berupa perilaku yang tidak normal, seperti seluruh tubuh menjadi kaku atau tubuh melakukan gerakan berulang.

Menurut penelitian, gejala katatonik terjadi pada 10–25% dari semua penderita skizofrenia . Umumnya, penderita skizofrenia katatonik dapat mengalami gangguan perilaku selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari jika tidak diatasi.

Berbeda dengan kejang, ketika terjadi gejala katatonia, penderita skizofrenia masih dalam keadaan sadar.

Penyebab Skizofrenia Katatonik

Penyebab skizofrenia katatonik belum diketahui secara pasti. Namun, terjadinya skizofrenia sering dikaitkan dengan beberapa faktor, yaitu genetik, ketidakseimbangan zat di dalam otak, serta lingkungan.

Sementara itu, terjadinya katatonia diduga terkait dengan kelainan pada sel-sel saraf di otak. Kelainan pada sel saraf ini mengakibatkan terjadinya aktivitas abnormal pada bagian otak yang mengatur gerak tubuh.

Meski penyebabnya belum diketahui, penderita skizofrenia lebih berisiko mengalami katatonia jika ia mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan dan menyalahgunakan NAPZA . Hal ini karena alkohol dan NAPZA memberikan dampak negatif yang lebih parah pada keseimbangan zat-zat kimia di dalam otak penderita skizofrenia.

Gejala Skizofrenia Katatonik

Gejala skizofrenia katatonik biasanya berupa gejala skizofrenia yang disertai dengan katatonia. Ada lima gejala utama yang dapat dialami penderita skizofrenia, yaitu:

  • Delusi
  • Halusinasi
  • Sulit berbicara dengan baik
  • Perilaku tidak terkontrol
  • Gejala negatif, seperti tidak bisa merasakan emosi, kehilangan minat pada aktivitas sehari-hari, atau tidak ada ketertarikan pada suatu hal

Adapun 12 macam gejala katatonia yang utama adalah:

  • Stupor, yaitu kondisi ketika seseorang tidak bisa merasakan rangsangan apa pun meski masih terbangun
  • Kaku pada seluruh anggota tubuh (katalepsi)
  • Mudah marah atau gelisah tanpa alasan yang jelas (agitasi)
  • Latah
  • Echopraxia, yaitu kondisi ketika seseorang mengulangi gerakan atau perilaku orang lain
  • Tubuh meliuk dalam posisi yang tidak lazim
  • Stereotypy, yaitu gerakan berulang tanpa tujuan tertentu, seperti menepuk tubuh atau menggoyangkan jari
  • Tidak merespons instruksi atau rangsangan dari luar (negativisme)
  • Posisi badan melawan gravitasi dalam waktu yang lama ( posturing )
  • Gerakan aneh dan berlebihan ( mannerism )
  • Diam atau tidak berbicara sama sekali ( mutism )
  • Ekspresi wajah yang tidak normal, seperti meringis atau menyeringai

Kapan harus ke dokter

Segera konsultasikan ke dokter jika mengalami salah satu atau beberapa gejala skizofrenia katatonik, terutama bila sudah muncul keinginan untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri. Konsultasi ke dokter juga diperlukan jika gejala katatonia yang dialami sudah parah.

Konsultasi ke dokter juga bisa dilakukan jika anggota keluarga atau orang terdekat terlihat mengalami gejala skizofrenia katatonik. Hal ini dilakukan untuk memastikan kondisinya.

Diagnosis Skizofrenia Katatonik

Untuk mendiagnosis skizofrenia katatonik, dokter akan melakukan tanya jawab terkait gejala yang dialami pasien. Setelah itu, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan pasien dan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, termasuk pemeriksaan saraf.

Khusus untuk memeriksa gejala katatonia, dokter akan menggunakan skala penilaian berdasarkan Bush Francis Catatonia Rating Scale (BCFRS). Pada penilaian BCFRS, setiap gejala katatonia akan diukur tingkat keparahannya dalam nilai 0–3. Nilai 0 berarti gejala yang diukur tidak muncul, sedangkan nilai 3 berarti gejala muncul dan sangat parah.

Umumnya, dokter dapat mendiagnosis skizofrenia katatonik jika pasien mengalami setidaknya 2 dari 5 gejala utama skizofrenia, dan 3 dari 12 gejala utama katatonia.

Untuk menegakkan diagnosis, dokter dapat melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, yaitu:

  • Elektroensefalografi (EEG), untuk memeriksa aktivitas listrik di dalam otak
  • Pemindaian, seperti CT scan kepala atau MRI kepala, untuk melihat kondisi dalam otak serta mendeteksi jika terdapat kelainan
  • Tes darah, tes urine, atau lumbal pungsi, untuk mendeteksi infeksi atau keracunan bahan kimia tertentu

Pengobatan Skizofrenia Katatonik

Skizofrenia katatonik tidak bisa disembuhkan. Meski demikian, dokter tetap akan memberikan pengobatan untuk meredakan dan mengendalikan gejala. Metode pengobatan yang dilakukan tergantung pada tingkat keparahan gejalanya.

Pasien dengan gejala skizofrenia katatonik yang sangat parah perlu menjalani rawat inap di rumah sakit. Dokter akan memasangkan infus, oksigen, dan selang nasogatrik (NGT). Jika pasien mengonsumsi obat antipsikotik, dokter mungkin akan menganjurkan pasien untuk berhenti mengonsumsi obat tersebut.

Beberapa metode pengobatan lain yang dapat dilakukan dokter adalah:

Obat-obatan

Pemberian obat-obatan merupakan penanganan pertama yang dapat diberikan dokter. Jenis obat-obatan yang diberikan antara lain:

  • Benzodiazepine suntik, seperti lorazepam
  • Alprazolam
  • Diazepam
  • Clorazepate

Psikoterapi

Psikoterapi dilakukan ketika pasien sudah stabil dalam menghadapi, memahami, dan beradaptasi dengan kondisinya. Terapi ini juga bisa membantu pasien dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Prosedur medis

Jika obat-obatan tidak bisa membuat kondisi pasien lebih baik, ada beberapa prosedur medis yang dapat dilakukan oleh dokter, yaitu:

  • Electroconvulsive therapy (ECT)
    ECT atau terapi kejut listrik dilakukan dengan mengirimkan arus listrik rendah ke dalam otak melalui elektroda. Prosedur ini dapat menimbulkan kejang ringan pada pasien. Meski demikian, ECT akan dilakukan dengan menggunakan obat bius total sehingga pasien tidak merasakan sakit.
  • Transcranial magnetic stimulation (TMS)
    TMS dilakukan dengan mengirimkan energi magnet untuk mengaktifkan sel-sel saraf otak. Prosedur ini dapat langsung mengirimkan energi magnet ke area otak yang bermasalah.

Komplikasi Skizofrenia Katatonik

Jika tidak ditangani, skizofrenia katatonik dapat menimbulkan beberapa komplikasi serius akibat gerakan tubuh yang tidak wajar. Komplikasi akibat gerakan tubuh yang tidak normal bisa berupa:

  • Pneumonia aspirasi
  • Dehidrasi
  • Terbentuknya gumpalan darah (emboli)
  • Ulkus dekubitus
  • Malnutrisi

Selain itu, skizofrenianya sendiri dapat menimbulkan komplikasi berikut:

  • Kecanduan alkohol
  • Obsessive-compulsive disorder (OCD)
  • Depresi berat
  • Perilaku melukai diri sendiri ( self harm )
  • Percobaan bunuh diri

Pencegahan Skizofrenia Katatonik

Skizofrenia katatonik tidak bisa dicegah. Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya skizofrenia katatonik, yaitu:

  • Menerapkan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang, berolahraga secara rutin, dan mengelola stres dengan baik
  • Bercerita kepada keluarga, teman, atau orang terdekat jika ada hal yang menimbulkan cemas atau trauma
  • Berhenti merokok
  • Melakukan meditasi dan teknik relaksasi

Pada penderita skizofrenia, risiko timbulnya kondisi ini bisa diturunkan dengan berobat dan kontrol rutin, serta tidak mengonsumsi minuman beralkohol dan menyalahgunakan NAPZA.