Illness name: atresia ani
Description:
Atresia ani adalah kelainan lahir yang menyebabkan anus tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya, penderita atresia ani tidak dapat mengeluarkan tinja secara normal. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh gangguan perkembangan saluran cerna janin pada usia kehamilan 5â7 minggu.
Atresia ani atau anus imperforata tergolong jarang terjadi. Kondisi ini hanya terjadi pada 1 dari 5.000 kelahiran dan lebih sering dialami oleh bayi laki-laki. Atresia ani perlu segera ditangani untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Penyebab Atresia Ani
Atresia ani merupakan salah satu bentuk kelainan kongenital . Penyebab terjadinya kondisi ini belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, beberapa kasus menunjukkan bahwa atresia ani dapat terjadi akibat kelainan genetik atau keturunan.
Atresia ani juga sering muncul bersamaan dengan kondisi VACTREL. VACTREL sendiri adalah kelompok kelainan kongenital yang dapat memengaruhi berbagai sistem tubuh, yaitu:
- Kelainan tulang belakang ( vertebral defects )
- Anus tidak terbentuk ( anal atresia )
- Kelainan struktur jantung ( cardiac defects )
- Terbentuknya saluran dan lubang abnormal di kerongkongan ( tracheoesophageal fistula )
- Kelainan ginjal ( renal anomalies )
- Cacat di kaki atau tangan ( limb defects )
Saat janin mengalami kelainan atau gangguan perkembangan saluran pencernaan, maka kehamilan juga bisa terganggu. Salah satu kondisi yang sering terkait dengan atresia ani adalah polihidramnion.
Polihidramnion adalah kondisi kadar cairan ketuban berlebih yang dapat diketahui saat ibu hamil menjalani pemeriksaan kehamilan.
Faktor risiko atresia ani
Atresia ani dapat dialami siapa saja. Belum diketahui ada atau tidaknya faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya atresia ani. Namun, kondisi ini diketahui lebih sering dialami oleh pada bayi laki-laki.
Bayi yang mengalami atresia ani juga bisa mengalami kelainan bawaan lain, antara lain gangguan saluran pencernaan, gangguan saluran kemih, dan kelainan VACTREL.
Gejala Atresia Ani
Atresia ani ditandai dengan kelainan pada bentuk bagian akhir usus besar (rektum) sampai lubang anus bayi. Tingkat keparahannya dapat berbeda pada tiap penderita.
Atresia ani dapat ditandai dengan beberapa kondisi berikut:
- Lubang anus yang menyempit atau tertutup total
- Rektrum yang tidak terhubung dengan usus besar
- Terbentuknya fisula atau saluran yang menghubungkan rektum dengan kandung kemih, uretra, pangkal penis, atau vagina
Normalnya, perkembangan lubang anus, saluran kemih, dan kelamin janin, terjadi pada trimester pertama kehamilan atau saat usia kehamilan mencapai 7â8 minggu. Atresia ani terjadi jika organ-organ ini mengalami gangguan perkembangan pada masa tersebut.
Bayi yang mengalami atresia ani umumnya menunjukkan tanda-tanda berikut ini:
- Lubang anus tidak berada di tempat yang semestinya, atau justru lahir tanpa lubang anus
- Lubang anus sangat dekat dengan vagina pada bayi perempuan
- Tinja pertama ( mekonium ) tidak keluar dalam jangka waktu 24â48 jam setelah lahir
- Tinja keluar dari vagina, pangkal penis, skrotum, atau uretra
- Perut tampak membesar
Kapan harus ke dokter
Atresia ani bisa terdeteksi saat bayi baru lahir. Oleh sebab itu, ibu hamil perlu menjalani pemeriksaan kehamilan rutin sesuai jadwal yang ditentukan oleh dokter. Dengan begitu, kondisi janin dan ibu hamil dapat terus dipantau.
Jika atresia ani tidak terdeteksi saat bayi baru lahir, pembesaran perut dan tidak keluarnya tinja pertama (mekonium) umumnya bisa menjadi tanda terjadinya atresia ani. Apabila bayi menunjukkan tanda-tanda tersebut, segera bawa ia ke dokter agar segera mendapatkan pemeriksaan menyeluruh.
Anda juga disarankan untuk memeriksakan bayi secara rutin ke dokter. Dengan begitu, pertumbuhan dan perkembangan bayi dapat diketahui. Jika ditemukan adanya gangguan kesehatan, maka penanganan dini dapat dilakukan sehingga dapat mencegah komplikasi.
Diagnosis Atresia Ani
Saat bayi baru lahir, dokter akan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh, termasuk memastikan ada tidaknya lubang anus. Jika pada pemeriksaan tidak ditemukan lubang anus, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan kondisi bayi.
Atresia ani merupakan kelainan bawaan lahir akibat gangguan perkembangan janin. Seperti yang telah disebutkan, selain VACTREL, ada beberapa kelainan bawaan lahir lain yang bisa muncul bersamaan dengan kondisi ini, yaitu:
- Kelainan pada saluran pernapasan, seperti hipoplasia paru
- Sindrom Down
- Penyakit jantung bawaan
- Penyakit Hirschsprung
- Kelainan pada usus halus (atresia duodenum)
Oleh karena itu, untuk mendeteksi kelainan bawaan yang sering muncul bersamaan dengan atresia ani, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan lain, seperti:
- Pemindaian dengan Rontgen, USG , atau MRI, untuk mendeteksi kelainan tulang, serta memeriksa kondisi kerongkongan, tenggorokan, dan organ-organ yang terkait
- Ekokardiografi , untuk memeriksa kondisi jantung bayi
Pengobatan Atresia Ani
Pengobatan atresia ani bertujuan untuk memperbaiki kondisi anus agar bayi bisa hidup normal. Sebelum dilakukan pengobatan lebih lanjut, bayi yang tidak memiliki lubang anus akan diberi asupan nutrisi dan cairan melalui cairan infus .
Jika terbentuk fistula di saluran kemih sehingga meningkatkan risiko terjadinya infeksi, maka dokter dapat memberikan antibiotik.
Secara umum, pilihan pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi atresia ani adalah:
Operasi
Operasi merupakan metode pengobatan utama untuk mengatasi atresia ani. Tujuannya adalah untuk membuat fungsi saluran pencernaan berjalan dengan normal. Jenis operasi yang dilakukan tergantung pada gejala, usia, jenis dan kerumitan bentuk atresia ani yang terjadi, serta kondisi kesehatan bayi.
Beberapa jenis operasi yang bisa dilakukan untuk mengatasi atresia ani adalah:
-
Kolostomi
Kolostomi adalah operasi yang untuk membuat lubang ( stoma ) di dinding perut, untuk dijadikan saluran pembuangan sementara. Kotoran yang keluar dari stoma akan ditampung di sebuah kantung ( colostomy bag) . -
Pull through
Pull through adalah operasi untuk menyambungkan bagian rektum dan anus. Umumnya, operasi ini dilakukan beberapa bulan setelah operasi kolostomi pertama. -
Penutupan kolostomi
Operasi ini dilakukan setelah operasi penutupan stoma. Dengan begitu, pasien bisa mulai membuang kotoran melalui rektum dan anus. -
Anoplasti perineum
Anoplasti perineum dilakukan dengan menutup fistula yang terhubung dengan saluran kemih atau vagina. Operasi ini bertujuan untuk membuat lubang anus berada di posisi yang seharusnya.
Perubahan pola makan
Setelah menjalani kolostomi, orang tua disarankan untuk mengatur pola makan anak dengan atresia ani. Pada umumnya, makanan yang dapat menyebabkan konstipasi, seperti pisang, nasi, apel, dan roti, harus sangat dibatasi. Sebaliknya, makanan yang tinggi serat akan disarankan untuk mencegah sembelit.
Bila diperlukan, dokter akan menyarankan suplemen serat dan obat pencahar. Akan tetapi, kedua obat tersebut harus dikonsumsi atas saran dan pengawasan dokter.
Komplikasi Atresia Ani
Komplikasi dapat timbul akibat atresia ani itu sendiri atau setelah tindakan operasi untuk mengatasi atresia ani. Beberapa komplikasinya adalah:
- Konstipasi
- Robekan (perforasi) usus
- Infeksi saluran kemih
- Inkontinensia tinja atau urine
- Penumpukan cairan di vagina (hidrokolpos)
- Penyempitan anus (stenosis anus)
Pencegahan Atresia Ani
Atresia ani merupakan kelainan bawaan atau kongenital sehingga sulit dicegah. Namun, ibu hamil dapat melakukan beberapa upaya di bawah ini untuk menurunkan risiko terjadinya kelainan pada janin:
- Melakukan pemeriksaan genetik ke dokter jika memiliki riwayat atresia ani atau kelainan kongenital lainnya sebelum merencanakan kehamilan
- engonsumsi makanan yang sehat, tidak merokok, serta tidak mengonsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan di luar anjuran dokter selama hamil
- Menjalani pemeriksaan kehamilan secara rutin dan mengonsumsi suplemen sesuai ajuran dokter