Illness name: sindrom asherman
Description:
Sindrom Asherman adalah kondisi ketika jaringan parut terbentuk di dalam rahim atau leher rahim. Kondisi yang juga dikenal sebagai perlengketan rahim ini tergolong kasus yang langka dan paling sering dialami oleh wanita yang baru menjalani operasi pada rahim, termasuk kuret.
Pada dasarnya, jaringan parut merupakan jaringan yang terbentuk ketika terjadi proses penyembuhan luka. Luka tersebut bisa timbul akibat berbagai alasan, seperti terbakar, bekas cacar, hingga bekas operasi.
Pada sindrom Asherman, jaringan parut terbentuk di dalam rahim, dan membuat sisi dalam dinding rahim atau leher rahim saling menempel, sehingga ukuran rahim mengecil.
Berdasarkan tingkat keparahannya, sindrom Asherman terbagi menjadi tiga, yaitu:
- Tingkat ringan, yaitu kondisi ketika perlengketan rahim terjadi pada kurang dari sepertiga bagian rongga rahim
- Tingkat sedang, yaitu kondisi ketika perlengketan rahim terjadi pada sepertiga hingga dua pertiga bagian rongga rahim
- Tingkat berat, yaitu kondisi ketika perlengketan rahim terjadi pada lebih dari dua pertiga bagian rongga rahim atau hampir seluruh bagian rahim
Penyebab Sindrom Asherman
Pada sebagian besar kasus, sindrom Asherman terjadi setelah penderitanya menjalani prosedur kuret. Prosedur kuret ini biasanya dilakukan setelah keguguran atau setelah mengalami kondisi plasenta tertahan di dalam rahim ( retensi plasenta ).
Risiko terjadinya sindrom Asherman akan meningkat jika prosedur kuret dilakukan 2–4 minggu setelah persalinan. Selain itu, semakin banyak prosedur kuret yang dilakukan (lebih dari 3 kali), semakin tinggi pula risiko terjadinya sindrom Asherman.
Selain prosedur kuret, sindrom Asherman juga dapat terjadi pada wanita yang memiliki kondisi di bawah ini:
- Pernah menjalani persalinan dengan caesar atau penjahitan rahim untuk menghentikan perdarahan
- Menjalani terapi radiasi atau radioterapi pada daerah panggul
- Menderita infeksi organ reproduksi
- Menderita tuberkulosis atau skistosomiasis
- Menderita endometriosis
- Pernah menjalani operasi pengangkatan miom atau polip
Gejala Sindrom Asherman
Setiap penderita dapat mengalami gejala yang berbeda-beda, tergantung pada tingkat keparahannya. Berikut ini adalah gejala sindrom Asherman yang dibagi berdasarkan tingkat keparahannya:
Tingkat ringan
Pada tingkat ringan, sebagian penderita dapat tidak mengalami gejala sama sekali, serta siklus menstruasi masih dapat berjalan normal. Namun pada kasus tertentu, penderita juga dapat mengalami gejala berupa hipomenorea atau menstruasi yang hanya keluar sedikit.
Tingkat sedang
Pada tingkat sedang, penderita dapat mengalami gejala berupa hipomenorea akibat perlengketan rahim yang cukup luas. Jika jaringan parut menutupi sebagian dari leher rahim, kram dan nyeri perut juga dapat terjadi karena rahim akan berusaha lebih kuat untuk mendorong darah keluar.
Tingkat berat
Pada tingkat berat, beberapa gejala yang dapat dialami adalah:
- Amenorea atau tidak mengalami menstruasi sama sekali
- Kram atau nyeri perut, akibat aliran menstruasi yang terhambat di dalam rahim
- Menstruasi retrogade, yaitu kondisi ketika aliran darah menstruasi tidak mengalir ke luar tubuh, melainkan ke rongga panggul
Pada sindrom Asherman tingkat sedang atau berat, penderitanya dapat mengalami kesulitan untuk hamil atau lebih berisiko mengalami keguguran jika kehamilan masih bisa terjadi.
Kapan harus ke dokter
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami gejala yang telah disebutkan di atas. Gejala-gejala tersebut dapat terjadi akibat gangguan kesehatan lainnya. Oleh karena itu, pemeriksaan sejak dini diperlukan untuk mendapatkan diagnosis yang akurat serta mempercepat penanganan.
Diagnosis Sindrom Asherman
Untuk mendiagnosis sindrom Asherman, dokter akan mengawalinya dengan menanyakan gejala atau keluhan yang pasien alami, riwayat persalinan atau kuret, serta riwayat kesehatan pasien secara keseluruhan.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan beberapa pemeriksaan penunjang lain, seperti:
- Tes hormon, untuk memeriksa apakah ada masalah hormon yang memicu gangguan menstruasi
- USG transvaginal , untuk melihat kondisi dalam rahim dan leher rahim, saluran telur, serta area panggul dengan memasukkan alat USG melalui vagina
- Histeroskopi , untuk melihat kondisi bagian dalam rahim, dengan memasukkan selang kecil berkamera (histeroskop)
- Histerosalpingogram (HSG), untuk melihat kondisi rahim dengan foto X-ray dan bantuan zat pewarna khusus yang dimasukkan ke dalam rahim
- Histerosonografi, untuk melihat kondisi rahim dengan USG dan bantuan larutan saline (garam) yang dimasukkan ke dalam rahim
- MRI panggul, untuk melihat kondisi rahim jika cara-cara sebelumnya tidak bisa dilakukan, misalnya karena perlengketan rahim yang sangat luas
- Tes darah, untuk memeriksa adakah kondisi lain yang bisa menyebabkan sindrom Asherman
Pengobatan Sindrom Asherman
Pengobatan sindrom Asherman dilakukan dengan operasi yang bertujuan untuk memperbaiki ukuran dan bentuk rongga rahim. Operasi dilakukan dengan bantuan histeroskopi . Operasi ini diutamakan untuk pasien sindrom Asherman yang mengalami rasa nyeri dan ingin hamil.
Saat operasi dilakukan, dokter akan memberikan bius total kepada pasien agar pasien tidak merasakan nyeri. Setelah itu, dokter akan mengangkat jaringan parut dan membebaskan perlengketan dalam rahim dengan menggunakan alat operasi kecil yang dipasang pada ujung histeroskop (selang kecil berkamera).
Setelah jaringan parut diangkat, dokter akan menempatkan balon kecil di dalam rahim selama beberapa hari. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan rongga rahim tetap dalam keadaan terbuka selama masa penyembuhan dan perlengketan tidak terjadi kembali.
Untuk mencegah infeksi akibat operasi, dokter dapat meresepkan obat antibiotik. Dokter juga dapat memberikan hormon estrogen yang berfungsi untuk membantu dinding rahim pulih kembali, sehingga pasien sindrom Asherman bisa mengalami menstruasi yang normal.
Setelah beberapa hari, dokter mungkin akan melakukan histeroskopi ulang untuk melihat apakah operasi sebelumnya berhasil dan tidak ada lagi perlengketan dalam rahim. Usai tindakan, masih ada kemungkinan perlengketan terjadi kembali. Oleh karena itu, dokter akan menyarankan pasien untuk menunggu 1 tahun untuk hamil.
Komplikasi Sindrom Asherman
Komplikasi dapat terjadi pada wanita yang hamil setelah menjalani pengobatan sindrom Asherman. Beberapa komplikasinya adalah:
- Kelahiran prematur
- Bayi lahir dengan berat badan rendah
- Kelainan bentuk rahim
- Plasenta akreta
Meski jarang terjadi, beberapa komplikasi di bawah ini juga dapat terjadi akibat prosedur histeroskopi:
- Perdarahan
- Perforasi rahim, yaitu luka tembus yang terjadi pada dinding rahim
- Infeksi panggul
Pencegahan Sindrom Asherman
Sindrom Asherman sulit dicegah. Akan tetapi, risikonya dapat dikurangi jika kuretase dilakukan secara hati-hati dan dibantu dengan USG. Selain itu, pemberian terapi hormon pada wanita setelah menjalani operasi rahim juga diduga dapat menurunkan risiko terjadinya sindrom Asherman.